Kamis, 19 Januari 2012

KEPEMIMPINAN WALIKOTA PEMATANGSIANTAR " MENYEDIHKAN "

Kepemimpinan Hulman Menyedihkan Cetak E-mail
Rabu, 18 Januari 2012
Semakin berlarut-larutnya persoalan anggaran dan pelaksanaan proyek di Kota Siantar tanpa ada penjelasan dan kebijakan penyelesaian yang tegas dari pemko tampaknya semakin menunjukkan kelemahan kapasitas dan efektifitas kepemimpinan Hulman Sitorus selaku walikota. 
“Jika terjadi kesenjangan antara ucapan dan kebijakan pada satu sisi dengan implementasi dan realisasi kebijakanya di sisi lain, maka sesungguhnya di tengahnya pasti ada konspirasi dan manipulasi kebijakan,” kata Ketua Studi Otonomi Politik (SoPo) Siantar Simalungun Kristian Silitonga ditemui METRO kemarin.
Menurutnya, hal itulah yang tergambar dari persoalan pengerjaan proyek dan aneka kebijakan lain di kota Siantar. Kondisi itu juga menggambarkan kepemimpinan walikota yang seharusnya jadi pedoman dan solusi ketika terjadi persoalan publik dan mandeknya kinerja birokrasi lokal justru sering menjadi bagian dan beban permasalahan itu sendiri. “Logika berpikirnya sederhana. Jika tidak ada tindakan tegas dan rangkaian kebijakan untuk menyelesaikan kemelut dan pengabaian terhadap instruksi dan kebijakan yang telah dikeluarkan walikota, patut diduga sesungguhnya walikota Hulman Sitorus juga terlibat dan menjadi bagian dari konspirasi dan manipulasi kebijakan itu,” tegasnya.
Di sisi lain, kata Kristian,  pembangkangan dan pengabaian instruksi walikota dalam kinerja birokrasi menggambarkan legitimasi kepemimpinan Hulman begitu lemah dan tidak berakar. Pada titik ini, tampak walikota tidak berubah dan tidak berani belajar tentang kepemimpinan. “Kalau dirunut ke belakang sejak masa kampanye dulu kepemimpinan Hulman Sitorus tetap tertawan dan tersandera dengan dimensi ini. Kebijakan dan politik “voucher” (kesenjangan ucapan dan perbuatan, red) masih berlangsung dan tetap terbawa-bawa dalam gaya kepemimpinannya saat ini. Hal ini harus segera dibenahi jika ingin sisa periode kepemimpinannya bisa berjalan baik,” katanya.
Namun secara objektif, kata Kristian, publik harus mengapresiasi beberapa kebijakan seperti pembahasan APBD 2012 yang tepat waktu, program pembinaan usia dini (PAUD) dan lainya. Namun hal itu belum cukup dan masih bersifat parsial jika tidak ada perubahan mendasar dalam kualitas dan gaya kepemimpinan Hulman yang bebal dan arogan.
“Kepemimpinan ini masih terjebak dalam kebijakan konspiratif yang cenderung lebih banyak memanipulasi pencitraan daripada mengelola realitas dan kenyataan publik. Berulang kali saya sampaikan bahwa terjadi gap dan pemisahan yang dalam antara kinerja pemko di bawah kepemimpinan walikota saat ini dengan kondisi dan kemanfaatan publik yang dibutuhkan kota. Pemko masih terjebak dan terlalu asyik mengurus rutinitas yang terpisah dan berjarak dengan realitas kotai,” ungkapnya lagi.
Dia menilai, tidak ada terobosan dan kreatifitas membangun kota. Yang ada cuma keluhan dan arogansi. Optimalisasi anggaran publik tidak berjalan tepat sasaran dan cenderung hanya dianggap sebagai anggaran milik Pemko. Padahal sejatinya anggaran itu milik publik kota ini. Kondisi ini pula yang berujung pada carut-marutnya pengerjaan proyek pembangunan yang terjadi belakangan ini.
“Bayangkan saja, untuk mengurus dan melaksanakan anggaran pembangunan (APBD) saja kita tidak becus apalagi mengelola anggaran investasi lainya? Tapi sudalah, terlalu banyak persoalan yang tidak terurai di kota ini. Efektifitas kepemimpinan masih bias dilakukan jika Hulman Sitorus mau melakukan konsolidasi dan revolusi kebijakan dan gaya kepemimpinan. Tanpa kemauan dan keberanian itu, maaf, hemat saya empat tahun sisa periode kepemimpinan Hulman Sitorus akan berjalan datar dan menyedihkan. Dan sesungguhnya hal itu sedang berlangsung saat ini,” ucap Kristian prihatin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar